Thursday, January 4, 2018

MELEPASKANMU

Ama setelah kepergiaanmu hari berjalan begitu lama
Kenapa kau pergi begitu cepat
Tak kutemui ketika pagi mata ini terbuka melihat wajahmu
Rindu dengan ocehan yang sering kau lontarkan padaku

Ama, aku emang orang asing yang lancang sekali menyayangimu
Kau tahu betapa sangat kumerindukanmu
Ketika malam  tidur tidak menemukanmu disampingku tiba-tiba air mata ini mengalir begitu saja

Terlalu banyak kenangan bersamamu tentang perbincangan yang tak pernah tuntas
Tentang hari-hari yang sudah terlewati bersama

Qingpu, 4 Januari 2018
MEMORI PERTAMA



Empat hunian bermodel minimalis berjejer menjadi satu, bangunan berlantai empat dan juga masing-masing penghuninya ada empat orang, adalah  milik keluarga Li. Aku datang pertama kali ke keluarga ini disambut satu anjing besar berdiri gagah di depan pintu gerbang. Namanya Xiao pang (tapi sekarang anjingnya telah dikasihkan orang).

Masuk melewati pelataran rumah yang luas serta mobil dan motor berjejer rapi di bagasi. Aku bertemu lagi tiga ekor anjing kecil lucu, namanya; Lefu,Khuai-khuai dan Hasen. Memasuki rumah barisan kedua, dua orang tersenyum padaku, serta mempersilahkan masuk. Mereka  adalah Ama dan anaknya yang paling tua (Da laoban) aku memanggilnya.

Barisan penghuni rumah pertama adalah anak perempuan, barisan ketiga anak laki-laki yang kedua dan barisan keempat anak laki-laki yang ketiga. Ama mempunyai tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Anak perempuannya paling bungsu pisah sendiri rumahnya lain tempat.

Aku tinggal bersama Da laoban di rumahnya ada dua putrinya. Umurnya lebih tua dari aku, serta ada istrinya aku memanggilnya Da Sao. Tugasku  hanya menjaga Ama karena beliau masih bisa jalan, serta menemaninya juga melayani setiap kebutuhan atau keperluannya. Seperti asistennya yang siap setiap saat. Urusan pekerjaan rumah mereka kerjakan masing-masing. Aku hanya beres-beres juga bersih-bersih kamar Ama saja.


Rutinitasku pagi hari adalah cek kesehatan beliau mulai dari suntik diabestes, cek tensi darah dan cek gula darah. Ama juga cuci darah setia hari senin, rabu dan jumat. Hari lainnya kalau tidak tanggalan merah biasa ke dokter untuk periksa. Nenek berusia 84 tahun ini banyak sekali penyakitnya. walaupun kelihatan dari luar masih sehat.  Sanggup melakukan hal-hal sendiri tanpa bantuanku.

Tapi dibalik itu semua ia sangat lemah. Apalagi sehabis pulang cuci darah terkadang suka mengeluh kepalanya berat, badannya lemas. Ia sangat lincah tidak seperti lansia lainnya. Ketika ia  sakit selalu melampiaskannya ke aku. Serta bicara tiada henti...

Mungkin karena beliau kurang perhatian dari anak-anaknya. Aku kadang kurang sabar dengan sikapnya sehingga sering nangis. Tapi lama kelamaan aku sudah terbiasa dan menerima segala keluh kesahnya. Dibalik sikapnya yang kadang begitu tapi ia sangat peduli dan perhatian padaku.

Sehingga aku bertahan hari demi hari menjalani waktu bersamanya. Kalau ada waktu luang aku dan juga Ama kadang merawat tanaman yang berada di depan rumah seperti tanaman bunga dan buah-buahan serta bermain dengan para anjing-anjing kecil yang lucu.  Menyapu  halaman serta bagasi.

Biasanya pagi hari mobil  serta motor yang ada di depan rumah dan juga bagasi akan kosong karena sang pemilik bekerja atau ada keperluan lainnya. menjelang sore baru kembali berbaris rapi mobil juga motornya.

Para penghuni keempat bangunan ini. Mereka jarang tatap satu sama lainnya. Walaupun bersisian secuil sekali ada waktu berkumpul bersama. Ama sebenarnya ingin  ada waktu bersendu gurau tapi mereka sibuk. Mengumpulkan  mereka paling gampang  kalau  menjelang  hari  besar, seperti  lebaran Imlek, hari Ibu dan juga  hari ulang tahun. Itu yang Ama sering ceritakan padaku.





Qingpu, Juni  2016